Sunday, February 11, 2024

drama

Aku berasa capek dengan drama yang dibikin sama temen-temenku sendiri. Yang foto muka minta di-blur lah, apa lah, tanpa penjelasan yang jelas.

Yang dikasih tahu nggak ngerti-ngerti kalau itu salah lah. Yang sok-sokan ngerasa deket trus berasa bisa bebas minta duit lah. Ada juga yang berasa bisa sok-sok ngatur hidup aku.

Aku kadang bingung. Nggak bisa kah aku punya teman yang normal? Yang satu frekuensi? Yang bener-bener bisa nerima aku apa adanya?

Sunday, January 14, 2024

The Fear and The Worry

I used to be in masculine energy. I was a masculine energy woman. I’m used to building the defense wall so high, so I can’t get hurt. 

Dan belakangan ini luka itu terbuka kembali. Luka di mana aku merasa seperti diinjek-injek, nggak dihargai, nggak diprioritaskan. Aku jadi supermarah sama cowokku sendiri. Dia bahkan mungkin kebingungan dengan sikapku.

I can’t blame him. Aku sebenernya sumber masalah dari semuanya. And, yes, pain changes people, including me. 

Aku terbiasa dengan pola “unseen” dan “unheard”. Aku terbiasa selalu ditinggal oleh orang yang aku sayang setiap kali ada masalah. Jadi begitu cowokku ngasih aku “safety space” yang begitu luas, aku merasa nggak familier. It feels so weird.

Perasaanku selama ini yang nggak pernah dihargai, dilecehkan, diremehkan, membuat aku terbiasa “menyerang”. 

Aku merasa kayak nggak layak ketika menyadari sebegitu sayangnya cowokku sama aku. Aku nggak mengira aku bisa sebegitu leluasanya mengungkapkan kegelisahan dan kemarahanku tanpa membuat dia pergi. Tendensi aku adalah selalu mendorong orang yang aku sayang pergi, karena aku selalu merasa nggak layak disayang. 

Kemarin itu aku udah siap kalau cowokku ninggalin aku. Karena aku familier dengan pola ditinggalkan. Aku udah pasrah kalau hubungan ini gagal lagi. 

Tapi cowokku stay. Dia nggak ke mana-mana. At least untuk saat ini. Bukannya aku mau dia pergi. Aku mau dia ada. Dan aku bersyukur banget dapat cowok seperti itu. Tapi ada bagian dari diriku yang masih menangis, nggak ngerti kenapa dia bisa sesayang itu sama aku. Aku yang nggak sempurna ini. Aku yg rusak ini. I’m a broken person. I used to be the broken pieces. I have wounds. I have traumas. 

Aku memang harus belajar tentang diriku sendiri lebih dalam lagi. Dan aku bersyukur kepada Allah, aku diberi kesempatan untuk aware dan bisa inisiatif memperbaiki ini semua saat ini. 

Mudah-mudahan aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya. Mudah-mudahan memang cowokku sekarang adalah pasangan yang terbaik yang bisa mendampingiku sampai jannah. Aamiin.

Monday, November 27, 2023

Create My Own Happiness

Ketika aku merasakan kesepian akhir-akhir ini, yang menurutku entahlah, terlalu membuatku terusik, aku seperti mati gaya. Sebuah hal yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

Aku biasanya memahani kesibukan cowokku. Memang setiap akhir tahun dia akan berkutat dengan seribu kegiatan audit yang melelahkan. Untuk kali ketiganya aku menemaninya, ini terasa lucu buatku. Karena biasanya aku tidak terlalu mempermasalahkan hal-hal seperti ini, tapi sekarang terasa lebih... dalam aja. Apa karena aku mulai merindukan intimasi? Atau aku mulai merasa lelah? Aku mulai ingin mengontrol?

Akhirnya aku merenung dan mencoba introspeksi, mungkin ini salah satu fase di mana aku harus menerima fakta bahwa aku harus bisa membahagiakan diriku sendiri. Tanpa menggantukankan kebahagiaanku pada pasanganku. Apakah ini salah satu defense mechanism-ku? Am I being in denial?

Aku sudah mencoba mengkomunikasikan ini dengan cowokku dan sepertinya dia belum bisa memenuhi keinginanku 100%. Kadang aku mulai mempertanyakan kembali keseriusannya. Kadang aku dilema.

Kedilematisan inilah yang kadang aku lepaskan dengan cara meditasi. Aku ingatkan diriku sendiri bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Mungkin saja Tuhan sedang menguji, sejauh mana "kemelekatan"-ku pada pasanganku sendiri. 

Aku juga sedang mengalami kekecewaan yang membuatku meragukan diriku sendiri. Aku benci dibanding-bandingkan. Apakah membahagiakan keluargaku itu tidak boleh memakai caraku sendiri? Haruskah aku memakai standar orang lain? Apa dia tahu kondisi keluargaku yang sebenarnya?

Kekecewaan berlapis yang aku rasakan ini semakin memuncak seiring selesainya cutiku. Bukannya merasa terhibur dengan liburanku, aku malah menambah beban pikiranku sendiri. Lagi-lagi aku menenangkan diri dengan meditasi. I really need it. To restore my sanity.

My life's not perfect, but I completely grateful for it. And I think it's more than enough. God's given me much I can't be more blessed. 

Monday, November 20, 2023

My New Tasks

Aku nggak pernah menyadari kalau ternyata tugasku berada di dunia ini tidak se-simple itu. Tugas yang membuatku banyak berkontemplasi. 

Kontemplasi dan PR-PR yang tidak berkesudahan alias shadow work.

In order to do that, aku bermeditasi. Aku punya keinginan sederhana -- reprogram my DNA. Dan meditasi adalah salah satu jawabannya. 

Kedengerannya gampang ya? "OK, aku tinggal meditasi terus DNA-ku berubah!" 

Ternyata enggak sodara-sodari! Meditasi itu melibatkan banyak aspek. Baik secara emosi, psikologis, mental, bahkan keberanian. Keberanian apa? Keberanian menghadapi ketakutan dan insekuritimu sendiri. Yes, even you need a courage to face your own fear and insecurities. Dan itu sangat tidak mengenakkan. Kenapa? Dengan bermeditasi, semua luka-luka batinmu dikelupas selembar demi selembar. Luka-luka di masa lalu yang tidak pernah diproses, diakui. Muncul satu per satu.

Aku sendiri berjuang menghadapinya dan harus sanggup merasakannya sampai selesai. Proses ini yang membuatku kadang suka susah membedakan dengan realita yang aku punya di depan mata. Tapi ini pula yang harus aku hadapi demi menyelesaikan PR-PRku.

Lucunya, begitu selesai kuproses, aku seperti terbangun dari tidur yang panjang. Menyadari bahwa aku baru saja menyelesaikan PRku. 

Aku sudah merasakan menangis, kecewa tapi tidak bisa berkata-kata, cemburu, resentment, dan baru-baru ini kesepian. Ternyata itu semua hasil dari luka-luka yang aku alami selama ini. 

Dan yang seperti ini katanya mau dipaksa dibuka sampai chakra mahkota. --"

No wonder mereka bilang kalau sakitnya bakal dobel-dobel. Aku buka selembar demi selembar aja udah overwhelming. Gimana kalau dibuka paksa? 

Tapi di satu sisi aku bersyukur. Karena aku diberi kemudahan untuk mengakses proses ini. Perbedaannya adalah, aku mengalami sedikit sekali "zona error" atau sindrom-sindrom yang dijabarkan jika mengalami proses ini. Mungkin kalau manusia lain, sudah mengalami hal-hal ekstrim yang tidak mengenakkan. 

Kadang kalau membenahi luka itu sudah lewat, aku seperti malu sendiri. Mau cerita ke cowokku sendiri juga nggak enak (tapi biasanya aku tetep akan cerita sih). Karena ya faktor tadi, aku seperti nggak bisa membedakan antara emosi negatif yang sedang kuproses dengan realita di depan mata. 

Untung aku punya cowok sabar banget ya? 😇

Hopefully I can carry on my spiritual journey in the best way as possible. ❤

Monday, May 30, 2022

Aku pilihnya dia

Godaan emang ada aja.

Padahal aku maunya dia. Bukannya apa-apa. Satu, aku udah merasa “click”. Dua, aku merasa dia bisa mengimbangi sifat aku, and vice versa (justru INI yang paling penting!). Tiga, aku merasa ada gol-gol di hidup ini yang bisa aku achieve, kalau barengan sama dia. Nggak bisa sama yang lain. HANYA dia. Dan aku YAKIN banget, dia bisa bahagiain aku. 

Memang kalau orang bilang, banyak pilihan A, B, C. Tapi aku tetep maunya dia. Aku udah nggak mau yang lain. 

Pokoknya aku maunya sama dia! 

Wednesday, May 25, 2022

Mau nangis aja rasanya

Aku ngerasa capek banget sama kerjaan. Aku tuh aslinya nggak pengen ngeluh tapi aku udah nggak tau mau ngomong sama siapa lagi. Punya temen kok mulutnya nggak ada yang bisa diandelin untuk keep secret.

Di kerjaan juga aku ngerasa kayak dimanfaatin banget sama bosku. Dia dapet kerjaan yang gede-gede, aku disuruh ngurusin yang printilan. Aku ngerasa kok kayaknya nggak ada kemajuan. 

Aku udah nggak tau mau gimana lagi. Rasanya mandek semua. Badanku juga belum terlalu sehat. Aku masih rada lemes. Nggak tau deh. 

Udah males mau ngapa-ngapain rasanya. 

Monday, May 9, 2022

Kok lama-lama pegel?

Aku mulai pasrah deh.

Kesel iya. Sebel iya. Kayaknya udah berusaha sabaaaar banget. Ya udah sih. Si cowok ini memang katanya tertutup banget. Udah gitu semua kayaknya ikut-ikutan nutup-nutupin.

Aku heran. Serius. 

Dia sakit, diopname. Trus sebagai teman aku nggak boleh jenguk ya?? Asli. Aku dianggap kayak orang asing banget ya?

Dan dulu aku pernah ngalamin hal seperti ini juga. Dan aku lama-lama pegel. Karena yang di sana nggak mau terbuka sama aku. Trus aku ini mesti gimana?

Aku mikirnya dari kemarin cuma gini. Simple.

Aku tuh temen sma dia. Sesusah itu ya tinggal ngobrol kayak biasa, kayak ke temen-temen sma yang lain? Am I totally a stranger to you??

Hari ini juga digituin lagi. Dia di sana di-protect banget. Aku udah kayak orang bego, mau jenguk dia aja nggak dibolehin. Ini yang bikin pegel.

Ini yang bikin aku ngerasa di-reject. Bikin anxiety aku kumat. Capek. Asli.

Kalau lama-lama aku masa bodoh trus gimana?

Ini aku pegel loh kayak gini terus!